Persiapan
Ini sedang bulan Agustus di bumi. Waktu yang bagus untuk melakukan apapun yang kumaui. Mengingatnya sekarang, aku cukup bahagia untuk apa yang sudah kulakukan di waktu itu. Meskipun idenya muncul secara spontan, tapi kukira eksekusinya harus disusun dalam sebuah rencana, secara matang-matang.
“Kamu tahu kenapa aku melakukan itu?” ucapku di telinganya, tapi melalui sambungan telpon. Mungkin geli kalau langsung ke telinga, atau gimana, aku belum nyoba.
“Kenapa?” katanya
“Agar kamu tahu, kamu itu sangat layak untuk diperjuangkan. He he he” kataku
“Duh aku harus meleleh nggak?” katanya
“Nanti aja, kalau kulkasnya udah ada” kataku waktu itu
Percakapan yang dilakukan keesokan harinya, hari di mana tiba waktunya aku memberikan sebongkah pemberian yang bukan berlian, karena aduh, aku gak tau belinya itu di mana. Uang sih, ya kayanya ada.
Bahwa kemudian kulkasnya ternyata gak jadi dibeli, ya sudah, gak apa-apa. Karena esensi dari usahaku kayanya untuk menghadirkan perasaan senang di hidupnya deh, ya? Bahwa kemudian ibu Susi (ini ngarang, aku belum tahu siapa nama aslinya. Besok siang aku coba tanya deh) pemilik warung di dekat tempatnya tinggal memutuskan untuk berjualan sayur segar, setiap hari, sehingga dia bisa memasak, dan enak mudah-mudahan, dan kenyang kemudian, sehingga tidak lagi membutuhkan kulkas untuk menyimpan sayur-sayur yang dibelinya, pasti aku ikut senanglah mendengarnya.
Menakjubkan hidup di bumi kurasa jadinya, semenjak beberapa minggu terakhir ini aku banyak bicara melalui sambungan telpon, setiap sabtu malam dengannya. Dengan dia si salah satu pemilik dari sekian banyaknya pemilik suara yang indah dan baik di dunia. Menjadi betah aku dibuat dengan mendengar suaranya.
Oh iya, ini paragraf lain yang kutulis bersambung di hari yang lain dari paragraf sebelumnya. Aku lupa, mau nulis apa sebelumnya. Bentar. Oh iya, cerita kan? bagaimana itu prosesnya sehingga bisa itu tiba di sana apa yang aku berikan, sebongkah pemberian berbalut pita, berlokasi di dalam kotak berwarna hitam. Kode RGB-nya sih "0, 0, 0" kalau gak salah.
Begini ceritanya. Jika kemudian aku yang berinisiatif mencoba menginap di Bobobox Bandung pada tanggal 14 Agustus 2020, hari Jumat itu, adalah aku yang kemudian kenyang setelah makan ayam goreng resep Kentucky. Maka rencana pemberian ini berarti kemungkinan kubuat semenjak hari Rabu-nya, di 12 Agustus 2020, di Jakarta. Tempat di mana berbagai manusia tinggal untuk berebut oksigen, dan berebut gaji.
Ada 8 fase yang kususun di Notes gawaiku yang bersistem operasikan iOS ini, yang menjelaskan secara rinci rencana-rencana mendetail yang sudah aku susun, guna aku bisa mencapai tujuanku yang mudah-mudahan adalah membuatnya senang, setelah nanti menerimanya. Mereka adalah:
Fase 1. Bahan
Antara lain kotak berwarna hitam, pita, dan kertas ucapan yang didesain sedemikian rupa sehingga indah bentuknya oleh desainernya. Bahan-bahan itu aku beli secara spontan di Gramedia. Yang ada di pikiranku waktu itu adalah gimana caranya hadiah utama yang berupa magnet kulkas, yang juga diiringi laminating sayur mayur, ayam, dan juga telur bisa kuberikan dalam bentuknya yang nampak keren. Tentu untuk menutupi isinya yang tidak. Ha ha ha.
Fase 2. Perizinan
Dengan mengisi form di aplikasi Corona Likelihood Metric (CLM) dalam upaya kalau itu dibutuhkan untuk bisa keluar masuk DKI Jakarta. Biar lancar lah itu perjalanan. Lancar dari petugas jika harus diperiksa. Tidak lancar dari lalu lintas karena memang begitu keadaan biasanya.
Fase 3. Kendaraan
Mempersiapkan kondisi mesin yang oke dari kemungkinan harus mogok di perjalanan. Dengan melakukan perbaikan di bengkel yang baru aku coba di sekitar Bekasi, bernama Scooter VIP. Setelah mesin selesai, ban-pun diisi ulang menggunakan Nitrogen milik Pertamina. Atau bukan miliknya? Tapi milikku? Tentu bukan, setidaknya per-tanggal 29 November 2020 hari ini, masih belum milikku itu. Gak tau deh kalau 5 tahun lagi. Insyaallah. Doain.
Fase 4. Pemberian
Selain isi utama dari si kotak hitam yang berupa magnet kulkas, terpikir juga olehku untuk mengisinya menggunakan Daging Ayam, Sayur, juga Telur, dalam bentuknya berupa hasil cetak di kertas, yang kemudian dilaminating. Biar awetlahhh mereka. Yang mudah-mudahan esensi dari semua itu adalah:
"hey kamu! wanita favoritku (sampai hari ini dan seterusnya kurasa akan begitu perasaanku. Hanya akan berubah jika ia yang menghendakinya berubah insyaallah) ingat selalu semoga kamu, untuk makan-makanan yang bergizi di sana, ya."
Setelah semua isi selesai disiapkan, masih ada ketrampilan baru yang harus aku pelajari, yaitu "Bagaimana cara membungkus kado menggunakan pita?". Terimakasih YouTube, untuk ilmu yang aku dapat di platform-mu.
Fase 5. Perjalanan-1
Harinya tiba, untuk aku:
"Jakarta, aku pergi sebentar ya, pergi dari jalanmu yang memang macet. Mulai gak nyaman, mulai" (dimodifikasi dari lirik lagunya Nosstress yang berjudul Ini Judulnya Belakangan).
Dimulai sekitar jam 2 siang, di hari Jumat. Dengan rute Jakarta-Bekasi-Karawang-Purwakarta-Bandung. Diiringi pikiran yang senantiasa berdoa untuk tiba di Padalarang sebelum gelap. Karena ya ampun, kalau sudah gelap, tanpa lampu di kendaraan akan sangat sulit untuk melihat jalannya. Akan sulit juga untuk melakukan serangan balik kalau tiba-tiba ada makhluk ghoib menyerangku. Meskipun kalau terang akan tetap sulit juga sih melakukan serangan balik. Tetapi ya Allah, Umar bin Khattab itu betapa kerennya beliau, bahwa kehadirannya sangat amat ditakuti oleh para Syaithon. Mampukan hamba-Mu ini ya Allah, untuk juga memiliki keyakinan sebagaimana yang dimiliki beliau. Jika tidak betul-betul sama, semaksimal mungkin yang bisa dicapai manusia di masa kini-pun aku ridho.
Oh ya, dan terimakasih para ilmuwan yang sudah menciptakan bola lampu di waktu dulu. Asli kerasa banget manfaatnya nih sampai kini. Cup cup mmuuah dari jauh.
Fase 6. Penginapan
Segala puji bagi Allah yang telah memberikanku keselamatan untuk tiba di kota Bandung setelah gelap tiba. Setelah kunang-kunang keluar dari sarangnya (kalau mereka punya). Setelah si Kosim penjual nasi goreng memulai berjualan. Jualan apa? nasi kayanya deh, dan digoreng. Aku nginap di mana ya waktu itu? Oh iya, di sebuah penginapan yang memiliki banyak kamar-kamar berbentuk kapsul. Kamarnya banyak, parkirannya sedikit, kamar mandi dan WC-nya juga, sedikit. Sebanding, dong, dengan biaya menginap per-malamnya yang relatif murah dibanding penginapan lain. Mungkin.
Fase 7. Perjalanan Bandung-Singaparna
Fase 8. Pemberian
Fase 9. Perjalanan Singaparna-Jakarta
Komentar
Posting Komentar